Kisah Gokil Waktu SMP (Ini Kisahku, Apa Kisahmu?)
Masa-masa SMP adalah masa
peralihan menjadi seorang remaja. Saat pertama kali menginjakkan kaki sebagai
murid SMP di salah satu sekolah di Jakarta Timur, sepertinya ada perasaan yang
sangat berbeda. Masa Orientasi Siswa atau disebut juga MOS menjadi awal
perjalanan yang harus dilalui untuk menjadi murid SMP. Berkenalan dengan
teman-teman baru, suasana sekolah baru, dan tentu peraturan yang baru. Waktu
zaman sekolah saya dulu belum disebut dengan kelas 7 tapi kelas 1 SMP. Nama
saya terdaftar di kelas 1-1 yang menurut sebagian orang adalah kelas unggulan.
Saya termasuk orang yang sulit beradaptasi, saya duduk sebangku dengan seorang
teman yang bernama Helen, dia adalah teman pertama yang saya kenal di kelas
ini. Namun setelah beberapa bulan sering pindah-pindah duduk dan saya duduk
bergantian dengan yang lain.
Wali kelas saya bernama Bu
Zul, pada hari Sabtu saya mengenakan rok pramuka yang sangat pendek, sepulang
sekolah saya pulang bersama teman-teman. Tiba-tiba saja saya melihat wali kelas
saya berada tidak jauh di belakang saya, lalu saya bergegas duluan ke arah terminal
meninggalkan teman-teman. Saya takut ketahuan beliau karena saya belum
mengganti rok pramuka yang lebih panjang. Tanpa memperhatikan ke belakang, saya
langsung menghampiri angkot dan menaikinya. Ketika angkot itu sudah berjalan
ternyata angkot itu mengarah ke arah yang berbeda dari biasanya, saya kaget sekali
dan melihat bahwa ternyata saya salah naik angkot, lalu saya buru-buru turun
dan membayar ongkos padahal mungkin saja wali kelas saya tadi tidak melihat
saya dan dia juga mempunyai arah tujuan yang berbeda. Cerita itu hanyalah
sebagian kecil di masa SMP saya yang membuat saya terlihat sedikit bodoh.
Semasa SMP dulu belum
zamannya hp dengan layar berwarna apalagi hp BB (BlackBerrry) tapi masih
zamannya hp nokia hitam putih, punya hp seperti itu saja rasanya sudah dianggap
hebat namun saya bukanlah anak orang kaya, saya seorang yang sederhana, saya tidak memiliki hp saat itu
apalagi telepon rumah. Waktu kelas 2, teman dekat saya bernama Norita meminta
nomor telepon rumah, waktu itu saya merasa sangat gengsi kalau mereka tahu saya
tidak mempunyai telepon di rumah maka dari itu saya memberikan nomor telepon
teman saya yang juga satu sekolah disitu yang rumahnya dekat dengan rumah saya,
namanya Belin. Saya tidak pernah berpikir bahwa kebohongan saya sangat berisiko
karena saya tidak bekerjasama dengan yang punya nomor telepon itu, sewaktu dia
menelepon nomor yg telah saya beri ternyata mereka memberitahu bahwa itu bukan
nomor saya melainkan nomor Belin teman saya. Esoknya dia menghampiri saya dan
bertanya kepada saya, namun saya tidak langsung berkata jujur tetapi tetap
bertahan bahwa itu nomor telepon rumah saya. HIngga suatu hari itu tiba, hari
yang cukup menegangkan untuk saya, dia mengajak dua temannya mendatangi saya
dan kami berada di dalam kelas yang kosong, sedangkan kedua teman saya berada
diluar tidak diperbolehkan masuk menemani saya. Saat itu perasaan saya benar-benar
sangat takut karena saya tahu bahwa saya berada di posisi yang salah. Saya
berusaha menanggapinya dengan bercanda namun dia tiba-tiba berteriak di depan
muka saya dan menanyakan masalah nomor telepon itu. Jantung saya langsung
berdegup kencang namun saya tetap terlihat tegar dan tidak menangis sedikitpun,
meskipun dalam hati saya sangat merasa bersalah terhadapnya, dia adalah teman
dekat saya sejak kelas 1, saya pikir nomor itu tidak terlalu penting baginya
tapi hanya karena masalah nomor telepon itu persahabatan saya dengannya jadi
hancur, kami tidak saling menyapa sejak saat itu, namun saya berusaha untuk
tidak membencinya meskipun saya sangat malu ketika dia dan kawan-kawannya
melabrak saya seorang diri di dalam kelas yang tertutup. Kejadian itu sangat
membekas sekali hingga kini, ternyata kebohongan yang dianggap kecil menjadi
masalah yang besar.
Kemudian kejadian yang
sangat memalukan berikutnya yaitu waktu pelajaran bahasa inggris, saya dan
teman sebangku saya lagi hobi banget baca komik jepang, ada teman yang suka
sekali membawa komik dan saya meminjam untuk membacanya. Saya membaca ketika
pelajaran bahasa inggris dan saat itu saya kepergok oleh guru bahasa inggris,
dia langsung mengambil komik dari tangan saya dan menyitanya. Semua mata
teman-teman sekelas tertuju kepada saya dan menyoraki saya, saya langsung
tertunduk malu. Saat jam istirahat saya menghampiri guru itu dan meminta agar
komik itu dikembalikan karena itu bukan komik punya saya melainkan punya teman
sebangku saya, guru itu akan mengembalikan komik itu tapi dengan syarat saya
harus menulis 100 kalimat dikertas yang menyatakan bahwa saya berjanji tidak
akan membaca komik saat jam pelajaran berlangsung. Setelah itu saya tidak
berani lagi membaca komik saat jam pelajaran bahasa inggris.
Dan kisah yang sangat
gokil dan juga konyol semasa SMP yang saya lakukan pada waktu baru-baru masuk sekolah
di kelas 3. Saya dan teman-teman saya pikir karena masih awal-awal belajar maka
guru jarang mengajar, ketika setengah jam sebelum jam istirahat guru tersebut belum
juga muncul maka saya dan ketiga teman saya pergi ke kantin untuk membeli
jajanan. Saat kita kembali dari kantin ternyata kita melihat guru tersebut sedang
mengajar di kelas kita, kami lalu ketakutan karena kami sedang memegang jajanan
ditangan, satu orang teman kami langsung masuk ke kelas sedangkan saya mengajak
teman saya yang lain untuk bersembunyi di kamar mandi, entah hal bodoh apa yang
sedang saya pikirkan saat itu sehingga saya bertindak seperti itu. Kami
bersembunyi dikamar mandi berharap tidak ketahuan sedang berada diluar kelas
saat jam pelajaran hingga jam istirahat tiba. Namun ada seseorang yang
menghampiri kami di toilet yaitu teman sekelas kami yang tadi bersama dengan
kami, dia diminta guru agar kami kembali ke kelas. Akhirnya kami kembali ke
kelas dan saat jam istirahat tiba, kami sedang berdiri di depan kelas dilihat
oleh teman satu kelas, kami diomeli dan dihukum oleh guru tersebut. Sungguh
kejadian yang sangat memalukan saat itu, seandainya saja saya dan teman-teman
langsung masuk ke kelas meskipun sudah ada guru mungkin kejadiannya tidak akan
semalu itu.
Selanjutnya cerita yang
juga sangat memalukan ketika SMP. Waktu itu kelas saya sedang ada ulangan
harian, jadi tidak seperti ulangan umum atau ulangan bersama karena diadakannya
sesuai dengan jadwal pelajaran masing-masing kelas yang diawasi oleh guru dari
pelajaran tersebut. Sungguh kejadian yang sangat tidak terduga di hari itu,
beberapa teman saya berbuat ulah sehingga guru tersebut marah besar dan tidak
mengizinkan mereka ikut ulangan harian ekonomi. Saat itu saya sedang asyik
mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa) agar dapat mengerjakan ulangan ekonomi dengan
baik namun tiba-tiba saja guru itu datang menghampiri saya lalu menampar pipi
sebelah kanan saya dengan kerasnya sambil berbicara sesuatu yang tidak jelas
lalu pergi keluar kelas sehingga ulangan pun sama sekali tidak dilaksanakan
hari itu. Saat itu saya benar-benar merasa sangat kebingungan dan malu sekali
karena teman sekelas saya melihat kejadian itu, seorang teman sebangku saya
berkata kepada saya, katanya kalau saya sedang menulis pasti mulut saya suka
bergerak-gerak seperti sedang menggerutu sehingga guru yang telah menampar saya
itu mungkin berpikir kalau saya sedang mengejek-ejek dirinya. Mungkin tanpa
saya sadari saya melakukan hal itu namun saya sama sekali tidak bermaksud untuk
mengejek guru tersebut, dengan kesalnya terhadap sikap guru itu saya
marah-marah dikelas tidak terima karena telah ditampar tanpa alasan yang jelas,
saya menendang meja dan kursi yang ada di dekat saya namun itu terasa sia-sia
karena guru itu tidak ada disana dan tidak tahu kalau saya sedang marah
padanya. Hari itu benar-benar sial bagi saya, teman-teman saya yang berbuat
ulah padanya tapi saya kena juga. Meskipun begitu saya tidak melaporkannya
kepada guru BK (Bimbingan Konseling) atau memperpanjang urusan saya dengan guru
tersebut.
Suatu ketika wali kelas
kami memberitahu bahwa pada hari Senin nanti yang akan bertugas saat upacara
adalah kelas kami yaitu kelas 3-7 sehingga kami diharapkan dapat mempersiapkan
diri. Ketua kelas lalu menunjuk siapa-siapa saja yang ikut andil menjadi
petugas upacara dan nama saya ternyata tercantum didalamnya, saya ditunjuk
sebagai pembaca UUD’45. Menjadi petugas upacara menurut saya adalah hal yang
menyenangkan, sudah lama sekali saya tidak menjadi petugas upacara, terakhir
waktu saya TK itupun hanya sekali sebagai pembawa bendera. Saya sangat senang
sekali ditunjuk sebagai pembaca UUD’ 45 karena saya dapat tampil dihadapan
banya orang dan suara saya yang merdu akan diengar oleh semua murid beserta
guru dan staff lainnya. Esoknya saya berlatih terus hingga hari Senin itu pun
tiba. Saya sudah tiba pagi-pagi sekali disekolah dan ternyata hal yang paling
penting saya lupakan yaitu “topi”, karena jika tidak menggunakan topi dan dasi
maka akan dihukum berdiri di depan lapangan dan mungkin saya tidak bisa menjadi
petugas upacara karena pasti tidak diperbolehkan jika tidak memakai topi, saya
berpikir keras agar saya tetap dapat tampil di upacara, lalu karena saya pikir
masih pagi saya pulang ke rumah untuk mengambil topi dan buru-buru kembali ke
sekolah. Namun saat saya tiba pintu gerbang sudah ditutup menandakan bahwa saya
sudah terlambat datang, saya tetap diizinkan masuk namun saya harus menerima
kenyataan bahwa saya harus berdiri di barisan yang dihukum karena tidak memakai
atribut lengkap dan datang terlambat. Saya sangat sedih sekali hari itu, impian
saya untuk membacakan UUD’45 kandas setelah saya melihat teman saya
menggantikan saya, ketika pembacaan UUD’45 itu berlangsung, tiba-tiba air mata
saya menetes begitu saja. Setelah itu saya tidak pernah dapat kesempatan lagi ditunjuk sebagai petugas
upacara bahkan sampai saya SMA hanya sebatas paduan suara.
Kisah saya yang terakhir
pada saat kelas 3 SMP menjelang UAS (Ujian Akhir Sekolah) dan UAN (Ujian Akhir
Nasional) diadakan PDM (Pendalaman Materi) untuk murid kelas 3. Seusai jam
pelajaran berakhir maka kami tidak dapat langsung pulang karena harus mengikuti
PDM pada hari Selasa dan Kamis untuk jadwal kelas saya dari jam 12.30 – 15.00
WIB. Hari itu tidak seperti biasanya, cuaca sangat mendung hingga hujan
akhirnya turun dengan derasnya disertai bunyi kilat yang menggelegar. Saya
masih berada dikelas bersama teman-teman sedang mengikuti PDM, setelah jam PDM
selesai saya menemui kedua teman dekat saya yang berbeda kelas, rumah kami
saling berdekatan sehingga setiap pulang sekolah kami selalu bersama-sama. Jalanan
dari sekolah menuju jalan raya jaraknya lumayan jauh, namun karena waktu sudah
sore kami nekad menerobos hujan deras untuk berjalan menuju depan lalu naik
angkot menuju rumah. Ketika sudah tiba di depan jalan raya, ternyata kami sudah
basah kuyup akibat hujan dan angin yang kencang. Kami bertiga berpikir bahwa
sopir angkot tersebut tidak mungkin mengizinkan kami menaiki angkotnya dengan
pakaian kami yang sudah basah karena akan mengganggu penumpang yang lain. Lalu
kami bertiga mengambil keputusan untuk jalan kaki menuju rumah, kami berjalan
melewati jalur dalam pemukiman warga. Hujan masih turun membasahi tubuh kami
tapi kami tidak pantang menyerah, kami terus berjalan, menyebrang dan terus
berjalan. Sempat terbersit rasa malu di dalam hati kami setiap kali ada orang
yang melihat kami dan menggoda kami namun kami tetap percaya diri, mungkin
karena saat itu kami masih anak SMP yang masih memiliki jiwa petualang dan
bermuka tembok. Kami melewati perjalanan yang cukup jauh sekitar + 2500 m yang seharusnya 2000 m ditempuh dengan
angkutan umum. Setiba di jalan hampir mendekati tempat tinggal kami, terdengar
seorang pria berkata kepada ibu-ibu yang sedang duduk di warung dekat rumah,
pria itu berkata mengenai kami yang pulang hujan-hujanan padahal dia sudah
mengajak kami untuk naik angkot yang disupiri oleh dia. Mendengar hal itu
rasanya sangat perih di hati karena kebodohan pemikiran kami bertiga hingga
kami harus merasakan lelah yang luar biasa karena berjalan kaki dari sekolah ke
rumah dan merasakan kedinginan yang sangat menusuk tubuh akibat hujan. Seandainya
saja waktu itu kami berusaha dahulu untuk naik angkutan umum, mungkin saja kami
sudah tiba dirumah dengan cepat, tidak lelah dan tidak merasa malu. Seumur
hidup saya itu adalah pertama kalinya saya berjalan sejauh itu, nyesak banget
kalau ingat kejadian itu tapi menyenangkan juga melalui masa sulit itu tidak
seorang diri melainkan bersama kedua teman dekat saya.
“Kisah Gokil Waktu SMP” ini adalah kisah nyata saya waktu SMP
yang sangat lucu, mengharukan, menyebalkan, dan menyenangkan jika diingat
kembali. Nama saya chacha. Saya lahir di Jakarta pada tanggal 17 November
1990.
Comments
Post a Comment