Petualangan Pertamaku Naik Gunung (MAHAMERU 3676 m.dpl)


GUNUNG SEMERU…








Yahhh itulah gunung pertama yang aku daki, tempat aku berpetualang di alam bebas penuh dengan rasa penasaran.

Kenapa harus Semeru? Kenapa harus Gunung Tertinggi di P. Jawa padahal kan masih pemula?

Di Kalimati
Jika ada yang bertanya seperti itu aku pun sulit menjawabnya, mungkin karena aku sangat ingin sekali naik gunung dan aku ingin merasakan berada di Puncak Tertinggi P. Jawa dimana aku bisa berada dekat dengan langit, melihat Danau Ranukumbolo yang indah meskipun menyandang status pemula membuat aku sangat khawatir tidak akan mampu menyelesaikan sebuah misi menuju 3676 mdpl tapi aku masih tetap yakin akan kesana dan sangat ingin berjuang. Mungkin jawaban yang lebih tepatnya karena aku sedang berada di titik paling terpuruk dalam hidupku, bulan februari aku kecelakaan motor dan harus melewati banyak proses selama 3 bulan untuk benar-benar merasa pulih, hal itu cukup membuat aku stress dengan keadaan seperti itu  banyak yang menjauh dariku.  Bulan Januari awal aku memutuskan untuk melepas seseorang yang tidak mungkin lagi untuk dipertahankan padahal aku berharap itu yang terakhir dihidupku tapi kenyataan berkata tidak, aku harus berjuang memaafkan dan melupakannya. Bulan April proses perkuliahan telah selesai dan tinggal menyelesaikan Skripsi. Rasanya KECEWA, MARAH, KESAL dengan DIRI SENDIRI, merasa tak ada semangat untuk memulai apapun dan merasa hanya sendirian. Lalu aku berpikir untuk menerima tawaran teman cowok untuk nanjak ke Semeru karena dia tahu aku sedang ingin sekali naik gunung atau panjat tebing, tapi tawarannya masih berlaku hanya saat ingin gabung tiket kereta ekonomi sudah habis, kemudian aku mencari trip ke Semeru di google. Mau gabung dengan kelompok-kelompok pendaki lainnya saja yang sedang mengadakan trip Semeru. Banyak yang merespon di twitter dan aku mengenal seorang gadis gunung bernama Asti, kami whatsappan panjang lebar namun alhasil aku tidak jadi bergabung dengannya karena saat aku bertanya dengan teman kantorku yang bernama Wachyuni yang sudah sering naik gunung, dia menyarankan untuk pergi dengan teman-temannya. Sempat hampir ragu karena belum ada kabar dari teman-teman Yuni yang bisa ikut dan waktu hampir mendekati tanggal 14 Mei, tanggal yang sudah aku tetapkan untuk ke Semeru. Namun meski sedikit mepet pesan tiket keretanya, jadinya tidak dapat kereta langsung ke Malang mesti ke Semarang dulu baru ke Malang.

Persiapan apa saja yang dilakukan sebagai pemula?
Selama sebulan aku mempersiapkan diri baik secara mental maupun peralatan untuk naik gunung. Sesungguhnya aku benar-benar tidak tahu apa saja yang perlu dibawa untuk naik gunung, banyak bertanya dan mencari tahu digoogle, tadinya mau pinjam tapi sepertinya agak ribet jadi banyak barang yang dibeli online dan tidak sedikit biaya yang aku habiskan untuk itu. Bahkan mencari tahu tentang kejadian-kejadian digunung pun aku lakukan agar tahu penyebabnya. Setiap hari selalu melist barang-barang yang sudah ada dan belum ada, serta jumlah pakaian yang harus dibawa. Tapi persiapan yang ku buat agak sedikit berlebihan yaitu pada peralatan mandi, deodorant dan parfum yang ternyata jarang digunakan waktu digunung. Persiapan ini agak sedikit menyita pikiran sih setiap hari sebelum tiba waktunya ke Semeru tapi itu tidak mengurangi semangatku untuk tetap ingin kesana.

Alat transportasi apa saja yang digunakan selama perjalanan pergi dan pulang?
Pergi minta diantarin bokap naik motor ke Stasiun Senen, jam 6 pagi naik kereta Tawang Jaya menuju Semarang, sampai Semarang naik motor ke kostan teman untuk menunggu jam pemberangkatan kereta Matarmaja dari Semarang ke Malang, setelah naik kereta Matarmaja sampai Malang lalu naik angkot ke Pasar Tumpang lanjut naik Jeep ke Ranu Pani. Itulah perjalanan transportasi selama pergi dan saat sudah turun gunung naik jeep lagi yang lebih kecil dan mahal langsung menuju Stasiun Malang. Dari situ langsung naik kereta Matarmaja menuju Jakarta, turun di Stasiun Jatinegara lanjut naik kereta Commuter Line turun di Stasiun Klender dan dijemput bokap naik motor ke rumah.

Pengalaman apa saja yang baru anda dapatkan selama pendakian pertama ini?
Banyak banget pengalaman yang belum pernah aku dapatkan, disini di gunung Semeru ini banyak cerita yang tidak akan bisa ku lupakan karena ini adalah pertama kalinya aku naik gunung. Pertama kalinya ninggalin rumah untuk waktu yang cukup lama 5-6 hari, Pertama kalinya naik kereta luar kota hingga paling lama 18 jam kebayang gak pegelnya duduk selonjoran tidur. Pertama kalinya pergi ke Malang, Pertama kalinya bawa carriel, pertama kalinya ngerasain tidur didalam tenda, pertama kalinya lihat kompor dan nesting yang biasa dipakai anak gunung, pertama kalinya gali-gali tanah buat pup, pertama kalinya sebelum tidur didepan tenda pemandangan malamnya  itu Gunung  Semeru yang tinggi dengan wedus gembelnya serta bulan bulat yang bersinar indah juga bintang-bintang yang ikut bertaburan (itu keren banget pasti mimpi indah klo ga kedinginan..haha), pertama kalinya berada disuhu minus derajat, pertama kalinya camping, pertama kalinya merayap naik gunung, pertama kalinya sampai puncak gunung (mahameru) dan lihat bendera merah putih yang berkibar dipuncak gunung, pertama kalinya lihat pemandangan luar biasanya indahnya dari puncak mahameru, pertama kalinya punya banyak kenalan baru yang kenal begitu saja digunung. Semuanya serba pertama dan sangat berkesan. Hati ini terlalu bahagia bisa merasakan petualangan yang belum pernah dirasakan dan terlalu indah untuk dikenang.

Bagaimana perjuangan bisa sampai puncak Mahameru?
Aku di Puncak Mahameru
Aku di Puncak Mahameru
Luar biasa banget penuh perjuangan bisa sampai puncak mahameru 3676 mdpl, sesuatu yang sulit untuk dipercaya karena dua kali hampir mundur menyerah oleh keadaan. Aku udah pakai baju triple dan celana double, pake sarung tangan, kaos kaki, sepatu, tupluk bahkan salonpas hot dua bungkus aku yang pakai semua diseluruh badan (kaki, tangan, punggung, perut) tapi tetap saja tidak berasa panas mungkin kekuatan si dingin lebih dahsyat, tapi pakai salonpas aza masih kedinginan gimana kalau gak pake pasti lebih dingin lagi. Pukul 11 malam saat menuju puncak dari Kalimati itu masih penuh dengan semangat, meski pendakian agak ngantri/agak macet karena banyaknya pendaki yang ingin menuju puncak. Slogan ini sangat digunakan “Selalu ada break di setiap kesempatan” karena ini selalu nanjak ke atas menuju puncak, kemiringan gunung hampir 45 derajat dengan butiran pasir dan bebatuan. Banyak batu yang rapuh alias tidak melekat dengan gunung sehingga batu yang dipijak kadang akan jatuh ke bawah serta pasir yang sangat rapuh sempat beberapa kali hampir jatuh dan merosot mundur. Saat break membuat keadaan tubuh menjadi semakin dingin namun ingin terus bergerak pun tak berdaya karena kaki ini begitu lelah. Sekitar pukul 2/3 sempat berada di titik badan benar-benar sangat dingin dan ingin menyerah saja ikut bang Dwiki yang turun karena udah gak kuat sama dinginnya sampai air mata pun menetes karena tak ingin menyerah, masih ingin berjuang. Dengan mengumpulkan kembali tekad menuju puncak mahameru 3676 mdpl maka aku pun melanjutkan pendakian itu meski selalu istirahat setiap 10 langkah. Karena benaar-benar tak kuasa dengan dinginnya yang sangat sangat amat dingin aku memilih untuk tidur sejenak menunggu matahari muncul ditemanin oleh Agung karena Adit dan Yuni memilih ke puncak duluan untuk mengejar sunrise. Sekitar pukul setengah 6 pagi kami mulai bergerak kembali ke atas meskipun rasanya seperti tidak ada hasil karena kaki ini masih sangat pegel. Setiap ada yang turun kami bertanya kira-kira berapa lama lagi sampai ke puncak, ada yang jawab 30 menit lagi membuat aku masih semangat tapi ada yang jawab 1 jam lagi dan ada yang jawab 2 jam lagi dan saat itulah aku kaget dan langsung memandang jauh ke atas melihat hanya 5 cm diatas kening tapi ternyata masih jauh sekali kalau harus menempuh 2 jam lagi. “HOPELESS” satu kata yang mewakili diriku saat itu, dalam hati sangat kecewa tapi kalau dipaksakan pun tidak mungkin hanya sia-sia jika sampai atas sudah jamnnya mulai berkabut dan beracun. Dengan sangat berat hati aku ngajak agung turun dan aku pun langsung merosot ke bawah namun beberapa teman yang aku kenal di Ranu Pani yaitu dua orang perempuan bernama Asi dan Dhany dengan teamnya yang menggunakan tali menuju ke puncak. Aku diajak mereka untuk ikut bergabung, dalam hati sempat ragu apakah kaki ini sanggup meskipun pakai tali tapi keinginan untuk bisa berada di puncak mahameru itu lebih besar dari rasa sakit kaki ini. Meninggalkan temanku Agung yang memilih untuk tidak lanjut menanjak ke atas dan aku berharap masih sempat bertemu Adit dan Yuni dipuncak agar aku ada teman saat diatas. Dengan sekuat tenaga memegang tali dan berusaha melangkah aku berjuang meski sedikit terengah-engah namun aku tidak ingin membuat mereka repot, aku tetap berusaha untuk terus melaju dengan tali itu. Sedikit lagi tapi tali itu sudah tidak ada namun aku harus bisa terus melangkah ke atas karena menyerah sama saja menyia-nyiakan semua perjuangan yang sudah aku lakukan. Sambil memperhatikan orang-orang yang turun akhirnya aku melihat Adit dan Yuni turun, aku sebenarnya ingin memaksa mereka naik kembali untuk menemaniku diatas tapi aku takut mereka sudah sangat lelah jadi aku hanya meminjam kamera Yuni agar saat dipuncak bisa mengabadikan moment itu. Dengan kaki yang benar-benar seperti sudah kebal karena saking sakitnya aku tidak peduli dan ada seorang teman yang mengulurkan tangannya hingga menuju Puncak. Seorang laki-laki yang sempat aku temui dipertengahan puncak dan sempat sejenak mengobrol ternyata dia sudah ada dipuncak saja, cepat sekali dia melangkah katanya ga mau ke puncak…hufft. Ada sedikit kelegaan saat bertemu seseorang itu bernama Nda dan temannya bang Danu. Dia menemani aku yang tengah kebingungan seperti anak hilang, dia kasih aku minuman yang diminta dari pendaki lain, dia dan bang danu yang menjadi tukang photo aku tapi baru beberapa kali jepret kameranya udah mati. Hikzz padahal belum sempat photo pakai kertas, cape-cape siapin kertas gak jadi diphoto…huhuhu L. Tapi meski tak ada photo semua pemandangan yang terlihat dari puncak mahameru itu cukup dikenang didalam hati dan pikiran. Pengen banget sih teriak dari puncak tertinggi P. Jawa tapi bakal malu-maluin. Hanya diam memandang dan merasa terharu tak percaya pengen nangis..hehe. Sempat nyuruh orang lain buat photo aku biar ntar diemail dia tapi pas aku email nanyain photo tak ada balasan..haha biarkanlah photo itu jadi kenangan dikamera mereka, “photo cewek yang tidak kenal tiba-tiba muncul dikamera” wkwkwk…



Siapa saja teman-teman yang bersama denganmu memulai petualangan ini?
Aku akan menceritakan mereka yang bersamaku menemani petualangan pertamaku naik gunung, dan petualangan pertama kami semua ke Semeru. inilah mereka:

Yuni, (si kecil cabe rawit)

Pendakian with Yuni
Dia teman kantor aku dan yang udah berusaha mewujudkan harapanku untuk naik gunung ke Semeru mulai dari cari teman dan mengurusi tiket kereta. Dia udah sering naik gunung tapi baru kali ini aku percaya bahwa dia memang sudah berpengalaman naik gunung. Kelihatannya aza dia kecil tapi dia kuat banget bawa carrielnya meskipun kakinya sempat keseleo, dan yang lebih hebatnya dia selama tracking pakai rok loh sampai puncak mahameru juga pakai rok. Dia yang paling rajin kalau masak soalnya aku mau bantuin juga masih kurang ngerti cara gunain nesting dan kompor. Dia juga yang udah banyak bantuin aku, ngajarin aku serta nemanin aku mencari semak-semak sepi…hehe. Dari semuanya hanya Yuni yang aku kenal dan yang lain aku baru kenal selama petualangan ini. Dia mengajak temannya yang bernama Dwiki, Adit dan Adit mengajak Agung saudaranya. Pokoknya aku salut banget deh sama dia, kecil-kecil cabe rawit.

Bang Dwiki (abang ketemu gede)
Pertama kali ketemu dia pas di Stasiun Senen dengan tampangnya yang sedikit garang (kesan pertama). Aku memanggilnya abang…abang… padahal sama-sama kelahiran tahun 90 dan hanya beda sebulan saja, dia lahir bulan Oktober dan aku bulan November tapi aku tetap ingin memanggilnya abang karena panggilan itu lebih nyaman aza mengingat aku tidak punya abang kandung. Dan panggilan abang yang melekat di dirinya ternyata tidak hanya sebuah panggilan namun aku merasa dia benar-benar seperti seorang abang yang menjaga dan melindungi adiknya. Dia sangat mempunyai banyak kesan dalam hidupku karena dia itu baik banget mau bawain carriel aku saat pendakian malam menuju ranukumbolo dan saat perjalanan kalimati ke ranukumbolo karena kaki ku keseleo dan lelah. Tas selempang kecilnya hilang pada pendakian malam menuju ranukumbolo saat bawain carriel aku, aku merasa bersalah untuk hal itu. Dia juga yang selalu bantuin packing carriel aku soalnya ga bisa sembarangan naruh gitu aza katanya biar posisinya enak kalau dibawa. Tapi selain baik dia juga sangat humoris, meski nyesek tasnya hilang yang berisi “HP, dompet (KTP, uang seadanya, tiket kereta) serta permen kiss yang aku titipin” tapi dia tetap berusaha tersenyum dan menikmati petualangan ini hingga akhir. Dia juga udah biasa naik gunung bahkan dia selalu paling depan jalannya serta jarang merasa letih. Dia juga orangnya peka banget dengan keadaan sekitarnya, dia rela minjamin sleeping bagnya buatku waktu ditenda dan menjadi security saat aku menggigil kedinginan di tenda. Padahal baru kenal digunung tapi rasanya seperti punya abang beneran… terima kasih bang dwiki karena udah baik banget dan selalu backup aku yang masih pemula ini. Beruntung bisa naik gunung bareng bang dwiki… rasa khawatir sebagai pemula sekejap hilang.  Nice to meet u brother J

Adit (Pak Ketua)
Pertama kali ketemu pas di Stasiun Semarang Poncol bersama saudaranya Agung. Kesan pertama mengenal dia itu orangnya agak pendiam, kalau ngomong bahasa Jawa mulu jadinya bingung kalau mau ngajak dia ngobrol dan dia suka sibuk dengan saudaranya itu. Namun setelah kenal di gunung dia itu orangnya sangat bertanggung jawab secara dia juga ditunjuk jadi Ketua di petualangan ini. Dia yang ngurusin semua data untuk mendapat izin mendaki hingga selesai pendakian. Dia juga yang paling mengerti dengan tenda dan permasakan, mungkin karena dia juga udah berpengalaman naik gunung sama kaya Yuni dan bang Dwiki. Dia tetap agak pendiam tapi sekalinya dia ngomong itu nyebelin banget karena dia ngecengin aku yang galau...masak nugget gosong gara-gara galau padahal kan gosong karena kurang cahaya jadinya ga merhatiin (ngeles)…hmmm agak rese juga ternyata orangnya dan agak sedikit cuek tapi perhatian hahaaa… Makasih ya udah banyak direpotin juga disana, jangan kapok ya kalau nanjak lagi bareng aku. Senang banget bisa kenal yang namanya Adit, senang punya teman baru anak gunung orang Jepara yang suka nyanyi lagu dangdut dan ngomong Jawa. Very excited J

Agung (Naik Paling Lama tapi Turun Paling Cepat)
Pertama kali ketemu ya sama Adit itu di stasiun Semarang Poncol terus kita ngetem dikostannya nunggu jam kereta ke Malang sekaligus beli bahan logistik. Kesan pertama itu kayanya orangnya agak sombong dan dia juga sering ngomong Jawa sama Adit jadi agak membuat aku bingung mereka sedang berbicara apa (haha kepooo banget aku). Mungkin karena dia juga masih pemula jadi dia itu ya nurut-nurut aza disuruh ngapain, dia yang bawain tas berisi bahan logisitik mungkin karena sesuai dengan postur tubuhnya yang sehat..hehe kidding. Selama pendakian dia itu yang selalu ketinggalan di belakang tapi kalau dia udah jalan duluan sulit buat dikejar sampai kita semua takut kalau nanti dia kepisah dari rombongan. Tapi dia juga penolong buat aku, kalau dia selalu minta break ya bagus juga buatku yang masih pemula karena terkadang merasa lelah juga. Meskipun aku kadang masih sanggup berjalan namun kalau melihat dia sudah kecapean, disitulah saat dimana aku dan semua meredam ego kami untuk tidak memilih tetap berjalan dan memilih break (istirahat, minum dulu, lepasin cariel dulu, duduk nyantai). Wolesss… meski jadi penghuni terakhir tapi kami tetap menikmati kebersamaan ini. Senang banget juga kenal sama Agung, dia juga orangnya baik, sempat ngasih sleeping bagnya ke aku buat ngedouble gitu, juga nemanin aku saat menuju puncak meskipun dia akhirnya ga sampai puncak tapi aku udah cukup salut sama dia, mungkin itu udah sekitar ketinggian 3500 lebih kali ya. Dan yang paling bikin lucu saat turun, kalau saat naik dia yang paling lama, paling belakang  tapi kalau turun dia yang paling cepat, paling depan padahal aku aza sempat banyak break juga pas turun tapi memang turun lebih cepat waktunya daripada naik. So unique J


We are 5 CM (Cemangat Mendaki)


Comments

  1. Numpang tanya... apa aja persiapan fisik yang dilakukan sebelum ke Semeru?
    Saya juga insya Allah mau mendaki gunung pertama kali dan langsung ke Semeru juga... butuh saran... :D

    ReplyDelete
  2. Wow.. mau kesana kapan sis?

    klo gw sih persiapan fisik sebulan sblum pergi, olahraga seminggu sekai ikutan aerobik dikantor. saran gw sih klo bisa olahraga nya dirutinin, lari2 pagi2 jg dekat rumah. trus jaga pola makan biar ga sakit pas mau kesana. btw klo bisa bawa jaket tebal ya soalnya dingin bgt dan peralatan mendakinya klo bisa yg lengkap kecuali tenda ama nesting biar cowo aza yg bawa. Klo bisa pokoknya pas kesana kondisi badan hrus FIT banget soalnya perjalanan lumayan panjang :)

    ReplyDelete
  3. pengin kenal sm mbak Yuni & pgn tau tips mendaki dg ttp pake rok :-)
    boleh bagi kontaknya?
    emailku : bellefille_doegalsz@yahoo.fr

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts