Ternodai oleh Pertalite

Jakarta diguyur hujan dari tengah malam hingga pagi hari. Mendengar suara hujan yang bergemuruh membuatku semakin terlelap dalam pelukan bantal dan dekapan kasur. Oh rasanya ingin bangun untuk berangkat kerja tapi rasanya ingin gak masuk kerja. Nyokab memanggil-manggil namaku dan bertanya apa aku tidak kerja? Lalu nyokab juga menyuruhku memasak telor untuknya. Tetapi aku masih sadar tak sadar seperti sedang bermimpi. Aku membuka mata lalu kembali tertidur. Hingga waktu menunjukkan pukul 09.00 WIB. Akhirnya aku memaksakan diri untuk tetap kerja karena aku tahu kalau pekerjaanku minggu ini sedang banyak sekali. Aku mengambil izin meninggalkan pekerjaan (2 jam). Harusnya aku masuk jam 8 menjadi jam 10 pagi.

Aku menyalakan motor dan melihat garis bensinku sudah hampir ke E. Aku berangkat dan berhenti di pom bensin dekat rumah. Saat motorku sudah berada di dekat pengisian bahan bakar. Seorang mbak itu bertanya "premium atau pertalite?" karena biasanya tanpa ditanya pasti isinya premium tapi pertanyaan itu membuatku kagok. Lalu aku menjawab dengan suara pelan "premium" tapi jariku menunjuk ke arah pertalite. Mbak itu langsung saja mengarahkan selang itu ke tangki bensin motorku. Aku terdiam sejenak kebingungan. Aku memberikan uangku dan menutup tangki bensin motorku sembari melihat warna bensin motorku yang sudah berubah dari warna kuning menjadi warna kehijau-hijauan. Oh tidak pikirku... Kalau aku mau pertalite sudah pasti aku antri di jalur pengisian khusus pertalite tapi aku kan memilih sebelahnya yang umum karena aku ingin premium. Sekian lama aku berusaha mempertahankan menggunakan premium tapi hari ini motorku ternodai oleh pertalite. Hanya bisa pasrah ketika mbak itu melakukannya. Waktu pertalite pertama kali muncul, aku sangat penasaran apa itu pertalite.

Apa bedanya dia dengan premium dan pertamax? Mengapa banyak motor yang beralih ke pertalite?. Kemudian aku mencari tahu di search engine google dan menemukan perbedaannya. Walau sudah mengetahui perbedaan antara Pertalite, Premium dan Pertamax yaitu pada bilangan oktan atau research octane number (RON). Pertalite memiliki RON 90, angka yang lebih besar dari Premium (88)  namun lebih kecil dari Pertamax (92). Semakin tinggi kadar RON maka pembakaran lebih sempurna.Pertalite ternyata diposisikan ditengah-tengah antara Premium dan Pertamax. Mungkin supaya konsumen yang merasa kalau pertamax harganya terlalu mahal tapi kok premium terlalu murah ya... Pertalite aja deh ditengah2nya hehe

Setelah ada sedikit keraguan menghampiri diriku tentang pertalite. Aku kendarai kembali motorku menuju kantor. Selama di perjalanan aku merasa mesinnya terasa lebih kencang dan bunyinya lebih enak di dengar. Hmm.... Sesuatu yang tidak sengaja itu kadang bisa terjadi dan kadang memberikan sebuah pengalaman baru dan mengubah sudut pandang seseorang. Kalau dalam beberapa hari ini terlihat sesuatu yang lebih baik pada motorku. Mungkin aku akan berpikir untuk lebih memilih Pertalite daripada Premium walau harga Pertalite menyesuaikan harga internasional bukan harga subsidi pemerintah. Jadi, tadi pas ngisi bensin lihat layarnya harga pertalite itu Rp 7800 sedangkan premium Rp 7050, tapi kalau bisa buat mesin motor lebih baik kenapa tidak. Terus kenapa gak pilih pertamax saja? kan lebih bagus dari pertalite? hmm karena aku merasa motorku hanya motor matik yang sebenarnya memakai premium juga sudah baik dan tentunya karena harga pertamax cukup mahal. Sebenarnya dari dulu cuma pengen pakai premium, pernah baca juga kalau bensin motor jangan suka dicampur-campur pakai premium lalu pertamax. Tapi ini adalah kejadian tidak sengaja pertalite yang telah menggeser premium di tangki bensin motorku yang mempengaruhi pemikiranku. Kejadian ini jadi mengingatkan aku akan mata kuliah Psikologi Konsumen :)



Comments

Popular Posts